Salam

AGIL FATAH

Senin, 19 Desember 2011

SEKITAR TRINITAS DALAM QUR'AN DAN INJIL,,,,,,,,
    • Erianto Anas menyunting dokumen.Debat Panas: Islam Menggugat Trinitas Kristen
      Awas bahaya! Dilarang masuk bagi penderita tekanan emosi darah tinggi dan lemah jantung penafsiran. Halaman ini khusus bagi mereka yang tertarik dan siap mental menggeluti arung jeram pemikiran. Yang siap dijungkirbalikan gelombang pemikiran kritis dan tajam. Karena itu, saya tidak bertanggung jawab jika ada yang mengalami cedera dan kejang otak jika hadir di halaman ini tanpa mematuhi aturan pakai.

      Trinitas, sejauh yang saya pahami, adalah konsep Ketuhanan agama Kristen yang menyakini Allah Tritunggal. Yaitu adanya Tuhan Bapa, Roh Kudus dan Tuhan Anak (Yesus). Dan Trinitas ini oleh sejarah dicatat munculnya pada tahun 325 M. yang digagas oleh Paulus dari Tarsus di Romawi. Jika catatan sejarah ini benar, berarti konsep Trinitas muncul lebih kurang 3 Abad lebih setelah Yesus (Nabi Isa dalam Alquran) meninggal.

      Nah, kemudian mari kita lihat surat Al Ihklas dalam Alquran:
      ”Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, ”Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia”.
      Nah, secara kronologis, kemunculan ayat ini menjadi relevan bila dihubungkan dengan Trinitas. Karena zaman turunnya Alquran adalah pada Abad ke-7 M. sedang Trinitas jauh sebelunya sudah muncul pada Abad ke-4M. Oleh umumnya para penafsir Alquran, pada mulanya Kristen (umat Nasrani) juga adalah agama Islam. Dalam pengertian ajarannya memang tergolong Tauhid (Monotheisme Ibrahim) dalam Islam, yang dibawa oleh Nabi Isa (Yesus versi Kristen).

      Akan tetapi setelah Isa meninggal, ajaran itu mengalami perubahan. Seperti sudah dipaparkan di atas, bahwa konsep tauhid itu bergeser alias dirobah menjadi Trinitas, dimana Nabi Isa (Yesus) diyakini sebagai Tuhan Anak. Nah, inilah penyebab munculnya ayat di atas, yang mengkritik atau meluruskan kembali konsep Ketuhanan (Tauhid) yang sudah menyimpang di kalangan umat Nasrani. Demikianlah tafsir mainstream dalam Islam.

      Nah, secara pribadi, dengan mengamati Trinitas secara filosofis (Filsafat Agama), saya bisa memaklumi Trinitas sebagai cara untuk memahami Tuhan secara lebih manusiawi. Ada gejala anthrophormisme. Proses identifikasi Tuhan seperti dimensi kemanusiaan. Misalnya Tuhan punya tangan, kaki, kursi, kerajaan , tahta dan seterusnya. Semua kata ini adalah semacam personifikasi, simbolisasi, majas, kias, atau metafor untuk memudahkan manusia dalam memahami Tuhan. Dimana Tuhan secara hakikat, secara substansial sangat sulit dipahami dan dihayati oleh manusia, apalagi bagi umat di segala level pemhaman. Karena itu Trinitas bisa saya pahami sebagai upaya agar Tuhan bisa dipahami lebih hadir dan menyentuh sisi emosional manusia. Bukan hanya sebagai konsep-konsep logika yang kering dan abstrak.

      Dengan kata lain, Trinitas adalah problem soal transndensi dan imanensi Tuhan dalam relasinya dengan alam (manusia). Di satu sisi Tuhan itu transenden, berjarak dari manusia (monotheisme radikal). Tapi di sisi lain Tuhan itu juga imanen. Tuhan juga hadir dan melingkupi keberadaan manusia. Tuhan inklud dalam setiap partikel pada segala yang ada (Pantheisme, Wadathul Wujud).

      Akan tetapi pemaknaan sepeti ini tentu saja bukan mainstream dalam Islam. Hanya dipahamai dan dimaklumi di kalangan kaum Sufi, Mutakallimin dan Filosof Islam. Sementara oleh pandangan mainstream Islam, justru Trinitas tidak bisa ditawar-tawar. Wajib ditolak. Jika tidak, maka seorang Muslim sudah dianggap syrik alias sudah menduakan Tuhan. Dan otomatis sudah keluar dari Islam. Atau sudah kafir. Dan ini juga salah satu dasar penilaian mereka bahwa umat Nasrani yang menganut Trinitas sebagai umat yang sudah kafir terhadap ajaran Islam. Lain halnya dengan umat Nasrani pra Trnitas, itu diyakini tetap dalam bingkai Islam zaman Nabi Isa. Dasar dari penilaian mereka ini adalah surat Al Ikhlas di atas.

      Menurut saya inilah kunci pertikaian pokok antara agama Islam dengan agama Kristen, dimana dalam pandangan Islam mainstream sudah terjadi penyimpangan pada ajaran Kristen dari Tauhid menjadi Trinitas.
    •  Lanjutan Erianto Anas :
      Nah, saya dalam hal ini mencoba mempetakan persoalan ini sebagai berikut:

      Jika benar umat Kristen mengklaim bahwa Trinitas tetaplah dalam bingkai Tauhid (Monothesime Ibrahim), dengan menjabarkannya sebagai tiga dalam satu dan satu dalam tiga, bukankah ini adalah bentuk pemaknaan akan Transendensi dan imanensi Tuhan dalam hubungannya dengan manusia? Dan bukankah dalam Alquran juga dinyatakan bahwa Tuhan itu lebih dekat dari urat leher manusia? Artinya, pada intinya ayat ini menggambarkan manifestasi Roh Tuhan dalam diri manusia. Dan ini pula yang menjadi rujukan bagi kaum sufi, terutama pada paham Nur Muhammad. Dimana Muhammad tidak hanya dipahami secara fisik ragawi. Tapi juga sebagai Nur (Roh) yang sudah azali. Dan semua manusia menjadi ada karena adanya Nur (Roh) Muhammad. Istilahnya ada semacam distribusi Roh Tuhan di bumi. Ada mediasi antara Roh Tuhan Absolut dengan keberadaan manusia. Dan yang menjadi mediasi itu adalah Nur Muhammad. Singkatnya bisa digambarkan dengan skema: Tuhan – Nur Muhammad – manusia.

      Muhammad yang hadir di Abad ke 7 M itu adalah sosok manusia fisiknya. Tapi Nuh Muhammad sudah ada sebelum manusia ada.

      Nah, selain Sufisme paham Nur Muhammad, juga ada paham Wadhatul Wujud Ibnu Arabi, dimana Tuhan dipahami sebagai yang satu dan yang banyak. Bila dipahami secara Tauhid (Monotheisme) Tuhan tetaplah Satu dan berbeda dengan alam (manusia). Akan tetapi bila dipahami secara menyeluruh, semua yang ada pada hakikatnya juga Tuhan. Seperti dikatakan Ibnu Arabi, alam adalah cermin Tuhan. Memandang alam pada hakikatnya sama artinya dengan memanang Tuhan. Karena memang tidak ada yang Wujud selain Tuhan. Semuanya wujud Tuhan. Karena itu memaknai wujud alam terpisah dari wujud Tuhan itu sama artinya denagan sudah ada dua wujud (wujud alam dan wujud Tuhan). Dan ini sudah tergolong syirik. Karena sudah meyakini adanya wujud tandingan bagi wujud Tuhan, yaitu wujud alam. Sudah meyakini ada wujud lain selain wujud Tuhan.

      Dan masih ada pecahan dari Sufisme Islam lainnya yang lebih kurang juga memaknai relasi Tuhan dengan manusia seperti ini, misalnya pada Junaid Al Bahdadi, Ibnu Sarraj, Ibnu Mansur Al Hallaj dan lain-lain.

      Nah, jika pemahaman seperti ini bisa dimaklumi sebagai masih dalam bingkai Islam, kenapa surat Al Ihklas diatas menentang tegas konsep Trinitas? Bukankah ayat demi ayat di atas sangat harfiah dalam mengkritik konsep Ketuhanan Yesus (Trinitas)?

      Karena itu bisa saya ajukan pertanyaan:

      Pertama:

      Apakah itu berarti bahwa pemahaman para sufi inilah yang menyimpang dari Islam yang dimaksud Alquran, sehubungan dengan Surat Alhklas di atas?

      Kedua:

      Atau surat Al Ihklas itu justru terlalu harfiah menilai Trinitas? Secara berseloroh ini juga bisa dikatakan masak Surat Alkhlas tidak bisa memahami Trinitas secara hakikat? Dan jika pertanyaan ini diterima tentu ada konsekwensi logisnya (pindah ke nomor tiga)

      Ketiga:

      Jangan-jangan justru Surat Al Ikhlas tersebut ada masalah. Artinya surat yang sudah datang kemudian, seperti yang dikritik oleh sebagian Orientalis dan pengkritik Islam? (maaf saya lupa namanya).

      Nah, karena ini adalah kajian, maka sikap saya dalam hal ini netral tidak memihak. Tetap bersimpati kepada kedua belah pihak (Alquran dan Trinitas) sambil tetap kritis dari sisi kajian dan penalaran.

      (Soal keyakinan saya tentu sudah lain soal dan tidak bisa didiskusikan. Artinya sikap saya sebagai pengkaji tentu tidak bisa disandingkan serta merta sebagai keyakinan saya secara pribadi di ruang kesunyian saya. Penegasan ini saya anggap perlu untuk membatasi penilaian yang serampangan bahwa saya dalam hal ini meragukan bahkan menghina Isalam)

      Okey, permasalahannya sudah saya bentangkan. Sekarang mari kita diskusikan hal ini lebih jauh. Agar problem ini bisa kita pahami secara lebih fair. Sehingga persoalan ini tidak dipahami secara distortif lagi bagi kedua belah pihak (umat Islam dan umat Kristen)

      Silahkan!
      Berdnard Titus dear all selamat siang, sebenarnya kalau rekan2 Islam yg ingin diskusi di FB berlaku jujur, tulus, dan ilmiah, maka akan sangat banyak ditemukan titik2 kesamaan antara Islam dan Kristen seperti yg di perjuangkan almahrum Cak Nur, dan saat ini secara implisit mas Erianto Anas mengemban misi itu melalui blognya di ini, sayangnya di tanggapi dengan makian dan cercaan. mestinya artikel mas Erianto anas di bantah secara ilmiah pula bhaik dari aspek teologi atau filsafat Islam atau ilmu tafsir yg di terima umum dikalangan Islam.
      dari sudut ilmu teologi, kesalahan fatal sebagai penyebab apa yg dikeluhkan mas Andi diatas adalah karena masih terlalu banyak umat beragama, agama apa saja MEMAHAMI TUHAN ALLAH SAMA DAN SEBANGUN DENGAN SEMUA TEKS KITAB SUCI BAIK ALQURAN MAUPUN ALKITAB KRISTIANI. INI JELAS SANGAT KELIRU DAN IMPLIKASINYA SEPERTI TERJADI "DEBAT KUSIR" MUTER2 SEPERTI DI WALL INI MAUPUN GRUP2 YG SAYA IKUTI ANTAR ISLAM KRISTEN.
    • dari sudut ilmu teologi, semua teks Al Quran atau teks Alkitab, semua teks ajaran tafsir Al Quran maupun teks ajaran tafsir Alkitab termasuk dogma2 sekalipun atau fatwa para ulama Islam dimanapun dan semua doktrin agama ADALAH HASIL PERSEPSI MANUSIA YG PADA HAKIKATNYA BERSIFAT NISBIH DAN TERBATAS KARENA MANUSIA MASIH MAHKLUK CIPTAAN ALLAH SWT. karena yg mutlak dan tidak terbatas hanya pada Allah SWT sendiri sebagai pencipta segala sesuatu dari tiada menjadi ada. semua hasil kreasi dan tulisan manusia meskipun melalui wahyu yg turun kepada para nabi termasuk Nabi Muhammad tetaplah bersifat relatif dan terbatas sesua dengan kapasitas dan hakikat mahkluk sebagai ciptaan

    • mumpung ada status mas erianto anas yg bagus ini, saya tampilkan kembali dari sudut ilmu perbandingan agama mengenai perbedaan hakikat konsep wahyu dan iman antara islam dan Kristen (Katolik) sbb sebagai bahan diskusi kita lebih lanjut secara teologis (ilmu kalam)
    • Berdnard Titus bahwa dari sudut teologi Islam kitab Kejadian sampai dengan Kitab Wahyu dalam Alkitab Kristiani DAPAT DIANALOGIKAN DENGAN KUMPULAN HADIST DALAM ISLAM. kesalahan terbesar sebagian cendikiawan Muslim, terutama yg kelompok eksklusif adalah menempatkan Alkitab Kristiani sebagai tandingannya Al Quran. Al Quran benar Alkitab Kristiani salah. kalau diibaratkan emas benar perak salah. akar persoalan utamanya adalah ada perbedaan mendasar teologi wahyu dalam Islam dengan teologi wahyu dalam Katolik. bermula dari sana. rekan2 Islam yg paham betul ilmu tauhid atau ilmu kalam lebih mudah memahaminya.
       PERBEDAAN ISI WAHYU KONSTITUTIF MEMBAWA PERBEDAAN PAHAM IMAN ISLAM—KRISTEN

      Kontekstualisasi masalah “konflik sekitar Trintas” , sesungguhnya bukan hanya berdasarkan salah paham obyektif. Tetapi terutama adalah adanya perbedaan mengenai isi wahyu konstitutif.

      A. Perwahyuan dan iman menurut paham Islam :

      1. Perwahyuan :
      Secara garis besarnya dapat dikatakan bahwa Wahyu berasal dari Allah, diturunkan (dengan perantaraan Nabi Muhammad) bagi manusia; terutama berisikan ajaran serta hukum (Shari’a). Itu harus dipahami kemudian diamalkan sebagai “ungkapan” kasih kepada Allah. Di sini pengertian “Wahyu” ada kaitannya dengan Soteriologi bagi manusia, baik di dunia dan akhiratnya. Wahyu Allah itu tertulis di dalam Al-Quran (plus Hadits sebagai pelengkap).
      Paham misteri (ghaib) memang ada (Q 10,68 dan lain-lain) tetapi misteri dianggap sebagai tak terpahami. Di dalam Islam tidak dikenal partisipasi inspirasi manusia di dalam perwahyuan; secara utuh semua berasal dari Allah, sedangkan Muhammad hanya sebagai perantara serta utusan saja yg bertugas memberitakan Wahyu Allah itu dan mengajarkannya kepada manusia (Q 9,33).

      2 paham iman

    • Iman, menurut Al Quran berarti perjanjian antara Allah dengan manusia (Q 5,7; Q 57,8). Arti semula: “dalam keadaan aman”, “mempercayakan” dan “mempercayakan diri kepada seseorang”. Karena dihubungkan dengan Allah, maka iman berarti juga mempercayakan diri kepada kekuasaan Allah, dan mengandung dua gagasan pokok yaitu “kepercayaan” dan “berlindung”.
      Iman terletak di dalam hati; Allah menuliskannya (Q22,54; Q 49,14) dan dapat berkembang terutama bila/dengan berjihat (Q 33,2; Q 48,4; Q 3,173). Iman haruslah merupakan suatu tindakan (actus) pribadi yg bebas (Q 5,105). Karena itu agama tidak boleh dipaksakan (Q 2,256). Al Quran menghubungkan erat-erat antara iman dan berbuat amal saleh (Q 2,25.83; Q 3, 57; Q 4,57). Karena itu kesatuan erat antara iman dan Islam dalam Quran pun amat ditekankan.
      Karena bagi Islam “wahyu” adalah apa yg diturunkan dari Sorga in Toto, maka apa yg diterima itu diimani sebagai persis sama dengan apa yg tersurat di Sorga secara harafiah.
    •  ‎3. Teologi Islam tentang “Iman”

      1. Menurut golongan Khariji, sebuah dosa besar saja dapat menghilangkan iman. Orang yg berdosa besar, bukan lagi mu’min. Bagi mereka “iman=Islam” atau iman menuntut Islam.

      2. Menurut golongan Mu’tazila, iman berarti penyaksian dengan bibir (al-iqrar bil-lisan) dan pelaksanaan perintah agama (al-‘amal bil jawarih). Dengan lain perkataan,iman menuntut Islam.

      3. Menurut golongan Hanafi-Maturidi, beriman = memberi kesaksian dengan bibir (al-iqrar bil-lisan) dan pengakuan dalam hati (al-tasdiq bil qalb). Seorang mu’min yg berdosa berat tetap mu’min, (memiliki iman).

      4. Menurut golongan Sunni, iman itu terletak di dalam hati. Karena itu sulit mengetahui, apakah orang lain beriman atau tidak.

      5. Golongan Shi’i mengatakan, iman harus dilakukan / diamalkan dengan perbuatan dan diwartakan dengan bibir.

      6. Menurut Ash’ariyya, iman itu hanya terbatas pada pengakuan dalam hati (al-tasdiq bil-qalb), pengakuan dengan bibir hanyalah kondisi yg menjadikan orang lain tahu. Orang mu’min yg berdosa besar tetap mu’min.

      Menurut Al-Gazali, ada tiga kategori tingkatan iman seseorang:

      Taqlit : beriman secara prinsip atau ikut-ikutan.

      Iman ‘an al-ilm : beriman dengan usaha mencari bukti dari isi iman.

      Yaqin : beriman berdasarkan kepastian pengetahuan intuitip tentang Allah (ma’rifa).

      Sumber : TRINITAS DALAM QURAN SERTA INJIL BARNABAS
      OLEH :Pastor Supardi Eka Atmaja, Jakarta 1984, halaman 30-31, seorang ahli islamologi.
    • dear selamat siang, mari kkita diskusikan status mas Erianto Anas ini secara santun cerdas dan ilmiah tanpa saling memojokkan seperti anak taman kanak-kanak yg hanya bisa memahami 3+5=8. begitu ada pelajaran bahwa 3+5=0 anak taman kanak-kanak terima lalu ngamuk2 bahwa guru matematiknya sesat, seperti yg dituduhkan kepada mas Erianto Anas.
    • menyambut tawaran saudara Erianto Anas maka saya menampilkan komen saya pada diskusi di tempat lain sebelumnya beberapa tahuan lalu sbb:

      Dear all, Injil Matius 28, 19 menunjukkan bahwa umat Kristiani mengakui Tuhan yang Maha Esa adalah Bapa, Putra dan Roh Kudus dan didukung pula oleh Kitab Suci Perjanjian Baru yang lain seperti Surat-Surat Santo Paulus dan injil Yohanes, sedangkan umat Islam dengan doktrinnya Allahu al - wahidu al - ahad (QS.2 : 163) yang sangat menegaskan Tuhan adalah Esa atau tunggal (tauhid). Selanjutnya, Qur’an Q 5 : 116 sangat mengkritik dan mengecam paham triniter yang mengatakan bahwa ketiga oknum yang diakui sebagai Tuhan, yaitu Allah, Yesus, Maria, sehingga menjadi 3 Allah adalah suati paham yang sesat dan sangat ditentang oleh Islam. Banyak sekali ayat-ayat Al Qur’an yang menentang segala sesuatu yang mempersekutukan dengan Allah, bahkan menurut Q 5 : 72 hukumnya adalah neraka bagi yang mempercayainya.

      Menurut Surah 4 : 171 umat Islam menuduh ahli kitab yang mengatakan Tuhan itu 3, karena itu, Surah 4 : 171 memerintahkan agar berhenti mengucapkan demikian. Selanjutnya Q 5 : 73 menegaskan bahwa sesungguhnya, kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah salah satu dari yang 3. Padahal, tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Maha Esa

      Dear all, persoalannya, apakah paham triniter yang dikritik oleh Qur’an adalah sebagaimana yang dianut oleh umat Kristiani sesuai Injil Matius dan Kitab Suci Perjanjian Baru lainnya saat ini ??? Selamat berdiskusi dengan jujur, tulus, dan dewasa, dan kalau bisa secara ilmiah dari segi teologi lintas iman atau perbandingan agama antara Islam dan Kristen.
    •  
      Dear all, cermati hal2 berikut ini.

      Kitab suci Al Qur’an

      Q.S An – Nisa :171

      Wahai ahli kitab suci, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yg benar: Sesungguhnya Al Masih Isa Putera Maryam itu adalah utusan Allah dan yg diciptakan dari kalimatNya yg disampaikannya kepada Maryam, dan dengan tiupan roh dariNya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasulNya dan janganlah kamu mengatakan : “Tuhan itu tiga,” berhentilah dari ucapan itu. Itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yg Maha Esa, Maha suci Allah ddari mempunyai anak. Segala yg di langit dan di bumi adalah kepunyaanNya. Cukuplah Allah sebagai pemelihara.” (Q.S. An-Nisaa’:171)

      Sumber : Doktrin Gereja Kontra Biblle, terjemahan dari buku All Church’s Doctrines Contradicts The Bible. Oleh : Abu Mahmoud Muhajir dari Amerika Serikat, Islamiic Society of Gastonia. Penerjemmah :Masyhud SM, penerbit dalam bahasa Indonesia Pustaka Da’i April 2002, Surabaya halaman 87.

      Menurut Abu Mahmoud Muhajir dalam bukunya tersebut diatas, terjemahan halam 73-74 menyatakan bahwa Yesus dianggap sebagai Firman Allah di Sebutkan dua kali dalam Al Qur’an berikut ini :
      “Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yg membenarkan kalimat (yg datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh.”(Q.S Ali Imran : 39)

      “(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah mmengembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yg diciptakan ) dengan kalimat yg datang ) daripadaNya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan diakhirat dan termasuk orang – orang yg didekatkan (kepada Allah),.......(Q.S Ali Imran : 45)

      Menurut Abu Mahmoud Muhajir pada ayat Al – Qur’an diatas Yesus juga disebut Firman dari Allah, Firma dari Allah atau Firman milik Allah.

      Dear all Kristiani, bagaimana tanggapan anda para murid Kristus terhadap ayat2 kitab suci Al Qur’an tersebut diatas, berikut pandangan atau tafsir Ustad Abu. Kalau ada rekan Islam yg ingin menjelaskan, bagaimana ceritanya ayat2 tersebut diturunkan dan dalan tujuan apa disekitar jaman nabi Muhammad, berdasarkan sumber2 sahi dalam Islam.
      Menurut Ahmed Deedat, tokoh Islam dalam bukunya The Choice, Dialog Islam Kristen halaman 229 – 232, antara lain menjelaskan sebagai berikut :

      1. Bahwa ada 99 sifat Tuhan, atau nama Tuhan yang disebut Asma-ul-Husna ( nama-nama yang paling i...See more
      saya tampilkan kembai pandangan tokoh Islam, yaitu Ulfat Azizus Samad dari Pakistan terkait topik ini, dalam bukunya Islam dan Kristen ( Islam and chirstianity ) diterjemahkan oleh Machnum Husein, dosen program magister studi Islam Unversitas Muhammadiyah Jakarta, penerbit PT Serambi Ilmu Semesta, halaman 43 – 78, antara lain menjelaskan sebagai berikut :

      1. Islam mengajarkan keesaan Tuhan jelas dan sederhana, bebas dari pandangan antropomorfik dan mitologi. Tuhan itu Esa pribadi - Nya, dan dalam Zat – Nya. Tuhan Maha Esa yang menunggal. Tuhan tidak melahirkan anak, juga tidak dilahirkan. Dan tidak ada sesuatu apapun menjadi sekutu dalam Ketuhanan – Nya.

      2. Pandangan Islam bahwa Yesus adalah Nabi Allah yang tidak berdosa, suci, dan Berketuhanan, tetapi tetap manusia biasa. Al Qur’an menolak Ketuhanan Yesus, dan yang mempercayainya sebagai Tuhan telah kafir. Memberikan anak pada Tuhan, berarti menghindari kesempurnaan Tuhan.

      3. Islam juga menolak konsep dosa waris ( dosa asal ). Islam menganggap anak-anak suci sejak lahir, dan dosa tidak dapat diwariskan. Dosa adalah sesuatu yang dikenakan bagi orang bersangkutan, karena melalaikan yang wajib, dan melanggar yang haram. Adalah tidak adil bila kita mengutuk seluruh ras manusia karena dosa manusia pertama. Benar-benar merupakan penghinaan terhadap manusia bilamana kita menganggap anak-anak sudah berdosa sejak lahir.

      4. Islam pun menyatakan bahwa pengampunan dosa tidak dapat diperoleh dengan penderitaan dan pengorbanan oknum lain manapun, melainkan dengan rahmat Allah dan upaya manusia sendiri. Islam menunjukkan keselamatan kepada semua orang yang beriman kepada Allah dan berbuat baik.

      5. Islam adalah penampilan kembali dan pernyataan kembali agama yang diajarkan Yesus dan semua Rasul lainnya. Nabi Muhammad berusaha mengembalikan kepada konsep Tuhan yang murni sebagai satu-satunya realitas yang abadi dengan semua sifat-sefat – Nya. Islam adalah agama rasional tanpa mitologi. Islam pun percaya adanya kehidupan akhirat yang abadi.

      6. Islam menyatakan kesamaan di antara umat manusia. Perbedaan di antara sesama Muslim tidak karena kelahiran atau faktor pribadinya, tetapi karena taqwanya kepada Allah.

      7. Islam adalah pesan Keesaan ( Tauhid ) Tuhan yang universal, keesaan semua agama, keesaan semua Rasul, keesaan seluruh umat manusia.

      Dear all, bagaimana tanggapan dan pandangan anda untuk mengkritisi pandangan tokoh Islam tersebut di atas antara lain berdasarkan pandangan Islam tersebut di atas ???
      Dear all PENUTUP DARI SAYA PADA HARI INI, YG MENURUT SAYA MERUPAKAN MISI DIALOG ANTAR ISLAM KRISTEN YG SANGAT DIHARAPKAN BANJGSA INDONESIA UNTUK MEMPERAT UKUWAH KEBANGSAAN DAN UKUWAH INSANIAH DENGAN TETAP MENJAGA UKUWAH ISLAMIAH. MAYORITASM ISLAM YG SANTUN, BENING AKAL BUDI , MURNI HATI DAN SELALU PASRAH PADA ALLAH SWT DAN MAMPU MENERIMA KERAGAMAN DAN KEMAJEMMUKAN, SILAKAN MEMBACA PANDANGAN CAK NUR SBB:
      Gunawan Muhammad, mantan pemimpin redaksi majalah Tempo membuat sebuah pengantar terhadap buku Dr. Nurcholis Madjid berjudul Pintu-pintu Menuju Tuhan. Dalam kaitan dengan topik ini saya kutipkan beberapa penjelasan yang sesuai sebagai berikut :

      1. Menurut Dr. Nurcholis Madjid, Tuhan yang Maha Agung itu membuka kesempatan untuk mendatangi-Nya tidak hanya dari satu pintu. Nurcholis menafsirkan kalimat shahadat : La ilaha illa Allah, baginya berarti “tiada tuhan selain Tuhan itu sendiri”. Pernyataan ini bahwa yang Maha Suci, Sang Pencipta hanya satu. Dia Tunggal. Dia Kebenaran mutlak. Jika ada yang beragama demi dan tentang Dia, itu hasil interprestasi, hasil penandaan tentang Dia, karena manusia itu Nisbi
    • ‎2. Menurut Dr. Nurcholis, Di dunia yang tersiri dari pelbagai agama ini, mudah sekali kita terjerumus ke dalam suatu politeisme yang tidak sadar, yang mengsankan bahwa di “Langit” sana ada tuhan-tuhan yang bersaing memperebutkan iman manusia, seperti para pemimpin politik memeperebutkan pendukung.
      Ketika manusia membuat Berhala, ia merumuskan Tuhan menurut citranya sendiri. Ia membayangkan representasi itu sebagai Tuhan. Kemudian, apa yang dilakukannya ialah mengidentifikasi wujud yang disembah itu sebagai Tuhan sendiri. Syirik dimulai dengan analogi.
      ‎3. Menurut Dr. Nurcholis : Tuhan tidak mungkin dicapai dengan kondisi yang nisbi. Tuhan tidak mungkin dicapai dengan Bahasa yang terbatas, dan waktu yang sambung menyambung. Tuhan tidak akan dipahami seperti kata memahami rumus matematika, dalam proses demi suatu awal, dan sampai tiba di suatu titik akhir. Wahyu dalam Yuhan bukan hasil akhir proses historis dan sosiologis. Wahyu dari Tuhan adalah suatu peristiwa yang mengatasi waktu. Syirik membekukan Tuhan di dalam waktu.
      ‎4. Iman menurut Dr. Nurcholis, tidak hanya cukup dengan sikap batin yang percaya, atau mempercayai sesuatu belaka, tapi menuntut perwujudan lahiriah atau eksternalisasi dalam tindakan-tindakan. Karena ada keterbatasan manusia dalam mengetahui Tuhan, maka penerima terhadap Pluralisme menjadi tidak bisa dihindari. Islam menurut Nurcholis artinya pasrah sepenuhnya kepada Allah, sikap inti ajaran agama yang benar di sisi Allah. Karena itu, semua agama yang benar disebut Islam. Dalam pandangan ini, suatu agama termasuk agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad, tidak unik, tidak berdiri sendiri, dan tidak terpisah.
      ‎5. Menurut Dr. Nurcholis, kemenangan Islam harus merupakan kebahagiaan setiap orang, bahkan setiap makhluk, dan tidak boleh diwujudkan dalam bentuk mengancam Golongan lain.
      ‎6. Menurut Dr. Nurcholis, ulama klasik, seperti Ibn Taymiyah, menegaskan bahwa Agama semua Nabi adalah sama dan satu, yaitu Islam, artinya pasrah sepenuhnya kepada Allah, tetapi syariatnya berbeda-beda sesuai dengan zamannya dan tempat khusus masing-masing Nabi. Tetapi menurut Ibn Rusyd, manusia punya kewajiban moral untuk memilih agama Nabi Muhammad, sebagai tingkat perkembangan terakhir dari Islam. Di sisi lain umat Islam ( umat Nabi Muhammad ) wajib beriman kepada semua Nabi terdahulu, tanpa membeda-bedakan di antara mereka.
      ‎7. Menurut Dr. Nurcholis, meskipun semua agama yang benar, Nurcholis, pada dasarnya Islam ( pasrah kepada Allah ), sebagai induk semua agama di mana saja, tapi wujud lahiriah berbeda akibat ketetapan yang berlawanan untuk setiap kelompok. Adanya perbedaan tersebut tidak perlu merisaukan manusia, sebab yang penting adalah bagaimana masing-masing berlomba-lomba dalam berbagi kebaikan.

      Hanya Allah yang punya hak untuk menjelaskan perbedaan itu kelak di akhirat seperti diberitahukan oleh ayat suci Al Qur’an QS.5 : 48 :

      “Kepada Allah jualah tempat kembali kamu semuanya, maka Ia akan menjelaskan kepada kamu tentang apa yang kamu perselisihkan”.
      Dear all Blogers, semua pandangan Dr. Nurcholis yang saya sajikan ini, agar umat Kristiani dan umat islam di wall ini dapat melihat “sisi lain“ dari tokoh Islam yang sangan pluralis, tetapi tetap Islam yang saleh sampai wafatnya, dan sangat toleran terhadap kekristenan kita dengan resiko sering “dimusuhi yang tidak setuju dengannya, meskipun sesama Muslim. bahkan meninggalnya beliau dengan wajah menghitam di nilai sebagai di laknat oleh Allah SWT oleh umat muslim yg tidak sanggup menerima pandangan teologis Islam Cak Nur.
      Terimakasih. GBU wass.wr.wb. selamat melanjutkan diskusi, semoga tidak ada kaki tangan iblis dari luar kristen dan islam yg mengacaukan topik diskusi ini karena masih taman kanak-kanak. selamat siang, selamat beraktivitas. DOA BAGIAN DARI KERJA KERJA BAGIAN DARI DOA


    • Mengapa Allah Menjadi Manusia? (kata KGK)

      456 Kita menjawab, dengan mengakui bersama Syahadat Nisea Konstantinopel: "Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita, menjadi daging oleh Roh Kudus dari Perawan Maria dan menjadi manusia".

      457 Sabda menjadi manusia, untuk mendamaikan kita dengan Allah dan dengan demikian menyelamatkan kita: Allah "telah mengasihi kita dan telah mengutus Anak- Nya sebagai pendamaian bagi dosa dosa kita" (1 Yoh 4:10). Kita tahu bahwa "Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juru Selamat dunia" (1 Yoh 4:14), bahwa "Ia telah menyatakan Diri-Nya, supaya Ia menghapus segala dosa" (1 Yoh 3:5):
      "Kodrat kita yang sakit membutuhkan dokter; manusia yang jatuh membutuhkan orang yang mengangkatnya kembali; yang kehilangan kehidupan membutuhkan seorang yang memberi hidup; yang kehilangan hubungan dengan yang baik membutuhkan seorang yang membawanya kembali kepada yang baik; yang tinggal dalam kegelapan
      merindukan kedatangan sinar; yang tertawan merindukan seorang penyelamat, yang terbelenggu seorang pelepas, yang tertekan di bawah kuk perhambaan memerlukan seorang pembebas. Bukankah itu hat hal yang cukup berarti dan penting untuk menggerakkan Allah, sehingga Ia turun bagaikan seorang dokter yang mengunjungi
      kodrat manusiawi, setelah umat manusia terjerat dalam situasi yang sangat menyedihkan dan memprihatinkan" (Gregorius dari Nisa or.catech. 14).

      458 Sabda sudah menjadi manusia, supaya dengan demikian kita mengenal cinta Allah:
      "Kasih Allah dinyatakan di tengah tengah kita yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia, supaya kita hidup oleh-Nya" (1 Yoh 4:9). "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yoh 3:16).

      459 Sabda menjadi manusia, untuk menjadi contoh kekudusan bagi kita: "Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada Ku" (Mat 11:29). "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yoh 14:6). Dan di atas gunung transfigurasi, Bapa memerintah:
      "Dengarkanlah Dia" (Mrk 9:7). Yesus adalah gambaran inti dari sabda bahagia dan norma hukum yang baru: "Supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu" (Yoh 15:12). Kasih ini menuntut penyerahan diri sendiri, dengan mengikutinya.

      460 Sabda menjadi manusia, supaya kita "mengambil bagian dalam kodrat ilahi" (2 Ptr1:4): "Untuk itulah Sabda Allah menjadi manusia, dan Anak Allah menjadi anak manusia, supaya manusia menerima Sabda dalam dirinya, dan sebagai anak angkat, menjadi anak Allah" (Ireneus, haer. 3,19,1). Sabda Allah "menjadi manusia, supaya kita di ilahi kan" (Atanasius, inc. 54,3). "Karena Putera Allah yang tunggal
      hendak memberi kepada kita bagian dalam ke Allah an-Nya, Ia menerima kodrat kita, menjadi manusia, supaya mengilahikan manusia" (Tomas Aqu., opusc. 57 in
      festo Corp. Chr. 1).
    • Putra Allah, dari sudut pandang penulis; Bambang Noorsena
      Makna term Putra Allah: Belajar Dari "bahasa teologis" Kristen Arab

      Kalau begitu, apakah makna sebenarnya istilah Putra Allah dalam Iman Kristen? Harus ditegaskan, bahwa tidak ada umat Kristen yang pernah mempunyai sebersit pemikiran pun bahwa Allah secara fisik mempunyai anak, seperti keyakinan primitif orang-orang Mekkah pra-Islam tersebut. Saya ingin menjelaskan metafora ini berda-sarkan teks-teks sumber Kristen Arab, supaya terbangun kesalingpahaman teologis Kristen-Islam di Indonesia. Sebab selama ini ada jarak yang cukup lebar secara kultural antara "bahasa teologis" Kristen Barat, yang memang tidak pernah bersentuhan dengan Islam, sehingga kesalahpahaman semakin berlarut-larut. Istilah Putra Allah yang diterapkan bagi Yesus dalam Iman Kristen untuk mene-kankan praeksistensi-Nya sebagai Firman Allah yang kekal, seperti disebutkan dalam Injil Yohanes 1:1-3. Ungkapan "Pada mulanya adalah Firman", untuk menekankan bahwa Firman Allah itu tidak berpermulaan, sama abadi dengan Allah karena Firman itu adalah Firman Allah sendiri. Selanjutnya, "Firman itu bersama-sama Allah", menekankan bahwa Firman itu berbeda dengan Allah. Allah adalah Esensi Ilahi (Arab: al-dzat, the essence), yang dikiaskan Sang Bapa, dan Firman menunjuk kepada "Pikiran Allah dan Sabda-Nya. Akal Ilahi sekaligus Sabda-Nya" (‘aqlullah al-naatiqi, au natiqullah al-‘aaqli, faahiya ta’na al-‘aqlu wa al-naatiqu ma’an), demikianlah term-term teologis yang sering dijumpai dalam teks-teks Kristen Arab. Sedangkan penegasan "Firman itu adalah Allah", mene-kankan bahwa Firman itu, sekalipun dibedakan dari Allah, tetapi tidak berdiri di luar Dzat Allah. Mengapa? "Tentu saja", tulis Baba Shenuda III dalam bukunya Lahut al-Masih (Keilahian Kristus), "Pikiran Allah tidak akan dapat dipisahkan dari Allah ( ‘an ‘aqlu llahi laa yunfashilu ‘an Allah)". Dengan penegasan bahwa Firman itu adalah Allah sendiri, maka keesaan Allah (tauhid) dipertahankan.
      Ungkapan "Firman itu bersama-sama dengan Allah", tetapi sekaligus "Firman itu adalah Allah", bisa dibandingkan dengan kerumitan pergulatan pemikiran Ilmu Kalam dalam Islam, yang merumuskan hubungan antara Allah dan sifat-sifatnya: Ash Shifat laysat al-dzat wa laa hiya ghayruha (Sifat Allah tidak sama, tetapi juga tidak berbeda dengan Dzat Allah). Jadi, kata shifat dalam Ilmu Kalam Islam tidak hanya bermakna sifat dalam bahasa sehari-hari, melainkan mendekati makna hypostasis dalam bahasa teologis Kristen. Dalam sumber-sumber Kristen Arab sebelum munculkan ilmu Kalam al-Asy’ari, hyposistasis sering diterjemahkan baik shifat maupun uqnum , "pribadi" (jamak: aqanim), asal saja dimaknai secara metafisik seperti maksud bapa-bapa gereja, bukan dalam makna psikologis. Sedangkan ousia diterjemahkan dzat, dan kadang-kadang jauhar. Istilah dzat dan shifat tersebut akhirnya dipentaskan kembali oleh kaum Suni dalam menghadapi kaum Mu’tazili yang menyangkal keabadian Kalam Allah (Al-Qur’an), sebagaimana gereja menghadapi bidat Arius yang menyangkal keabadian Yesus sebagai Firman Allah. Kembali ke makna Putra Allah. Melalui Putra-Nya atau Firman-Nya itu Allah menciptakan segala sesuatu. "Segala sesuatu diciptakan oleh Dia, dan tanpa Dia tidak sesuatupun yang jadi dari segala yang dijadikan" (Yohanes 1:3).
      Jelaslah bahwa mem-pertahankan keilahian Yesus dalam Iman Kristen, tidak berarti mempertuhankan kemanusiaan-Nya, apalagi dengan rumusan yang jelas-jelas keliru: "Sesungguhnya Allah adalah al-Masih Putra Maryam" (innallaha huwa al-masih ibn maryam). Dalam rumusan ini, yang ditentang al-Qur’an adalah menyamakan kemanusiaan Yesus dengan Allah. Padahal yang kita dimaksudkan ketika mempertahankan keilahian Yesus, menunjuk kepada Firman yang kekal bersama-sama Allah, yang melalui-Nya alam semesta dan segala isinya ini telah diciptakan. Dan karena sejak kekal Kristus adalah Akal Allah dan Sabda-Nya, maka jelaslah Firman itu adalah Allah. Karena Akal Allah berdiam dalam Allah sejak kekal (wa madaama al-Masih huwa ‘aql allah al-naatiqi, idzan faahuwa llah, lianna ‘aql allah ka’inu fii llahi mundzu azali). Dan karena itu pula, Firman itu bukan ciptaan (ghayr al-makhluq), karena setiap ciptaan pernah tidak ada sebelum diciptakan). Secara logis, mustahillah kita membayangkan pernah ada waktu dimana Allah ada tanpa Firman-Nya, kemudian Allah menciptakan Firman itu untuk Diri-Nya sendiri. Bagaimana mungkin Allah ada tanpa Pikiran atau Firman-Nya? Kini kita memahami secara jelas ajaran Tritunggal Yang Mahaesa, bahwa Allah, Firman dan Roh-Nya adalah kekal, sedangkan Firman dan Roh Allah selalu berdiam dalam keesaan Dzat-Nya, berada sejak kekal dalam Allah). Selanjutnya, istilah Putra Allah berarti "Allah mewahyukan Diri-Nya sendiri melalui Firman-Nya". Allah itu transenden, tidak tampak, tidak terikat ruang dan waktu. "Tidak seorangpun melihat Allah", tulis Rasul Yohanes dalam Yohanes 1:18, "tetapi Anak Tunggal Allah yang ada di pangkuan Bapa Dialah yang menyatakan-Nya". Inilah makna tajjasad (inkarnasi). "Dengan inkarnasi Firman-Nya", tulis Baba Shenouda III, "kita melihat Allah. Tidak seorangpun melihat Allah dalam wujud ilahi-Nya yang kekal, tetapi dengan nuzulnya Firman Allah, kita melihat pewahyuan diri-Nya dalam daging" (Allahu lam yarahu ahadun qathu fi lahutihi, wa lakinahu lamma tajjasad, lamma thahara bi al-jasad).
      Melalui Firman-Nya Allah dikenal, ibarat seseorang mengenal diri kita setelah kita menyatakan diri dengan kata-kata kita sendiri. Jadi, sebagaimana kata-kata se-seorang yang keluar dari pikiran seseorang mengungkapkan identitas diri, begitu Allah menyatakan Diri-Nya melalui Firman-Nya. Inilah maka ungkapan dalam Qanun al-Iman (Syahadat Nikea/Konstantinopel tahun 325/381), yang mengatakan bahwa Putra Allah yang Tunggal telah "lahir dari Sang Bapa sebelum segala zaman" (Arab: al-maulud min al-Abi qabla kulli duhur). Adakah di dunia ini seseorang yang dilahirkan dari Bapa? Jawabnya, tentu saja tidak ada! Setiap orang lahir dari ibu. Karena itu, Yesus disebut Putra Allah jelas bukan kelahiran fisik, tetapi kelahiran ilahi-Nya sebagai Firman yang kekal sebelum segala zaman. Tetapi bukankah secara manusia Yesus dilahirkan oleh Bunda Maria? Betul, itulah makna kelahiran-Nya yang kedua dalam daging. Mengenai misteri ini, Bapa-bapa gereja merumuskan2 makna kelahiran (wiladah) Kristus itu, seperti dirumuskan dalam ungkapan yang indah: As-Sayid al-Masih lahu miladain: Miladi azali min Ab bi ghayr umm qabla kulli ad-duhur, wa miladi akhara fi mal’i al-zamaan min umm bi ghayr ab. Artinya: "Junjungan kita al-Masih mempunyai dua kelahiran: Kelahiran kekal- Nya dari Bapa tanpa seorang ibu, dan kelahiran-Nya dalam keterbatasan zaman dari ibu tanpa seorang bapa insani’. "Lahir dari Bapa tanpa seorang ibu", menunjuk kepada kelahiran kekal Firman Allah dari Wujud Allah. Tanpa seorang ibu, untuk menekankan bahwa kelahiran itu tidak terjadi dalam ruang dan waktu yang terbatas, bukan kelahiran jasadi (bi ghayr jasadin) melalui seorang ibu, karena memang "Allah tidak beranak dan tidak diper-anakkan". Jadi, dalam hal ini Iman Kristen bisa sepenuhnya menerima dalil al-Qur’an: Lam Yalid wa Lam Yulad, karena memang tidak bertabrakan dengan makna teologis gelar Yesus sebagai Putra Allah. Sebaliknya, "Lahir dari ibu tanpa bapa", menekankan bahwa secara manusia Yesus dilahirkan dalam ruang dan waktu yang terbatas. Meskipun demikian, karena Yesus bukan manusia biasa seperti kita, melainkan Firman yang menjadi manusia, maka kelahiran fisik-Nya ditandai dengan mukjizat tanpa perantaraan seorang ayah insani. Kelahiran-Nya yang kedua ke dunia karena kuasa Roh Allah ini, menyaksikan dan meneguhkan kelahiran kekal-Nya "sebelum segala abad". Dan karena Dia dikandung oleh kuasa Roh Kudus, maka Yesus dilahirkan oleh Sayidatina Maryam al-Adzra’ (Bunda Perawan Maria) tanpa seorang ayah. Dari deskripsi di atas, jelaslah bahwa ajaran Tritunggal sama sekali tidak berbicara tentang ilah-ilah selain Allah. Ajaran rasuli ini justru mengungkapkan misteri keesaan Allah berkat pewahyuan diri-Nya dalam Kristus, Penyelamat Dunia. Dalam Allah (Sang Bapa), selalu berdiam secara kekal Firman-Nya (Sang Putra) dan Roh Kudus-Nya. Kalau Putra Allah berarti Pikiran Allah dan Sabda-Nya, maka Roh Kudus adalah Roh Allah sendiri, yaitu hidup Allah yang abadi. Bukan Malaikat Jibril seperti yang sering dituduhkan beberapa orang Muslim selama ini. Firman Allah dan Roh Allah tersebut bukan berdiri di luar Allah, melainkan berada dalam Allah dari kekal sampai kekal Jadi, jelaslah bahwa Iman Kristen tidak menganut ajaran sesat yang diserang oleh al-Qur’an, bahwa Allah itu beranak dan diperanakkan. Untuk memahami Iman Kristen mengenai Firman Allah yang nuzul (turun) menjadi manusia ini, umat Islam hendaknya membandingkan dengan turunnya al-Qur’an alam Allah (nuzul al-Qur’an). Kaum Muslim Suni (Ahl l-Sunnah wa al-Jama’ah) juga meyakini keabadian al-Qur’an sebagai kalam nafsi (Sabda Allah yang kekal) yang berdiri pada Dzat-Nya, tetapi serentak juga terikat oleh ruang dan waktu, yaitu sebagai kalam lafdzi (Sabda Tuhan yang temporal) dalam bentuk mushaf al-Qur’an dalam bahasa Arab yang serba terbatas tersebut. Dan seperti fisik kemanusiaan Yesus yang terikat ruang dan waktu, yang "dibu-nuh dalam keadaannya sebagai manusia" (1 Petrus 3:18), begitu juga mushaf al-Qur’an bisa rusak dan hancur. Tetapi Kalam Allah tidak bisa rusak bersama rusaknya kertas al-Qur’an. Demikianlah Iman Kristen memahami kematian Yesus, kematian-Nya tidak berarti kematian Allah, karena Allah tidak bisa mati. Saya kemukakan data-data paralelisasi ini bukan untuk mencocok-cocokkan dengan Ilmu Kalam Islam. Mengapa? Sebab justru seperti sudah saya tulis di atas, pergulatan Islam mengenai Ilmu Kalam dirumuskan setelah teolog-teolog Kristen Arab, menerjemahkan istilah-istilah teologis dari bahasa Yunani dan Aram ke dalam bahasa Arab. Akhirul Kalam, semoga tulisan ini semakin merangsang pembaca untuk meng-gumuli teologi kontekstual yang mendesak dibutuhkan gereja-gereja di Indonesia, khususnya dalam merentas jalan menuju dialog teologis dengan Islam. Bukankah dialog teologis Kristen-Islam selama ini sering mengalami kebuntuan, karena "kesenjangan bahasa teologis" antara keduanya, akibat tajamnya pengkutuban Barat-Timur selama ini? Marilah kita realisasikan pesan rasuli, supaya kita siap sedia segala waktu "untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu…." (1 Petrus 3:15).

      Sumber: Bambang Noorsena, SH [url]http://www.iscs.or.id/[/url] Catatan: Artikel ini juga terdapat di dalam buku "Menuju Dialog Teologis Kristen-Islam" karangan Bambang Noorsena, SH.(Penerbit Andi Publisher)
    • supaya lebih mudah, buat kaum muda masa kini, saya memposting teologi pribadi saya dalam bentuk puisi mengenai hakekat trinitas yang dapat membuktikan Allah pencipta langit dan bumi itu adalah sungguh2 tauhid. puisinya sbb


      teologi iman trinnitas Katolik dalam refleksi spiritualitas Berdnardtitus pada
      hari raya Allah Tritunggal Mahakudus dalam bentuk puisi (sastra) sbb:

      SEPOTONG KISAH DO’A BUNDA, SEBUAH REFLEKSI HATI
      Oleh : Sandi Pranonim

      Sepanjang jalan Surga,
      Adalah panjang jalan menuju Sang Kekal Abadi,
      Beribu-ribu bunga nan elok, berkerumun dengan masing-masing jenis dan
      Macamnya. Merah nan cerah, Putih nan suci, Ungu melambai-lambai,
      Menggoyang-goyangkan dedaunan, berseri-seri, berderai-derai, menunggu
      Hembusan angin Do’amu.

      Disebelah kananmu, lihatlah, Serumpun Bunga Putih dan Ungu,
      Tersenyum berseri-seri , setiap desiran angin do’a menyapa .
      Tetapi,lihatlah anak-Ku, Warna Lembayung itu Kelabu,
      Menunggu doa manusia yang tak kunjung sampai.

      Alangkah megah Sebatang Pohon Besar
      Dengan dahan-dahan yang kokoh
      Dan daun-daun yang begitu rimbun Lambang Keabadian

      Anak-Ku
      Bapamu adalah seperti Pohon Utama dalam Taman itu,
      Yang berdiri kokoh dalam Tahkta kemegahanNYA,
      Takhta yang tergilang-gemilang bercahaya,
      Bersinar Putih berseri-seri atau Coklat Magenta, yang begitu perkasa.

      Dan Sang Putera adalah bersama dengan Roh Kudus,
      Serat-serat, Sel-sel, yang berada di dalam Pohon Utama.

      Dan Aku Ibumu, adalah sebatang Pohon Kecil,
      Yang dibiarkan oleh Bapa , hidup menempel,
      Untuk sedikit menumpang hidup dari-Nya.

      Setiap Helai daun-daun Do’a yang Engkau sampaikan, anak-Ku,
      Yang Kau deraikan dengan tulus,
      Lihatlah, Ibumu menggengam dalam Tangan Kasih Keibuan-Ku,
      Untuk perlahan- lahan Ku larutkan dalam Tubuh-Ku sendiri,
      Agar do’amu bisa mengambil Sari-sari Kasih dan Kehidupan Kekal BAPA.
      Amin !
    • Dear all Kristiani, saya ingin kita mencermati, dengan kritis, tulus dan jujur. Alasan beberapa mantan kristiani yang masuk Islam terkait topik ini sbb(sumber buku Saya Memilih Islam, oleh Abdul Baqir Zein, Penerbit Gema Insani Press, edisi Desember 1999)

      1. Pendeta Abraham David Mandey. Beliau adalah pendeta II Gereja Protestan Indonesia yaitu gereja Paulus Jl. Taman Sunda Kelapa, Jakarta Pusat. Setelah muslim menjadi namanya menjadi Ahmad Dzulkifli Mandey. Alasan masuk Islam antara lain sbb:
      a. Dilema rumah tangga saat masih pendeta lalu cerai.
      b. Sering mengkaji filsafat dan agama Islam dan sering diskusi dengan para tokoh Islam.
      c. Sangat tertarik dengan konsep Tauhid mengenai keTuhanan Islam karena lugas, sederhana, dan tuntas menjelaskan eksistensi Tuhan sehingga orang paling awam pun mampu mencernanya. Menurut Mandey, berbeda dengan konsep Trinitas dalam Kristen yang sangat rumit sehingga perlu argumentasi ilmiah untuk memahaminya.
      d. Konsep syariat Islam sangat teratur dan sistematis dan bila diterapkan sungguh-sungguh maka dunia yang kacau mampu diselamatkan.
      e. Akhirnya demi kedamaian batinnya, Mandey masuk Islam 4 Mei 1984 di Masjid Istiqlal, Jakarta. Dan pada tahun 1986 menikah lagi secara Islam tetapi anaknya yang pertama dari istri saat masih pendeta yaitu Angelique tetap Protestan taat sampai hari ini meskipun ikut ayahnya.

      2. Cahyono dari grup lawak Jayakarta grup bersama Jojon, Uuk, Joni Gudel, Prapto dan Ester. Cahyono adalah penganut Katolik roma sejak sekolah dasar dengan nama Paulus Tjahyono. Namun Cahyono masuk Islam pada saat idul fitri 1 syawal 1412 H/1992 dalam usia 42 tahun dengan alasan2 sbb:
      a. Sering diskusi soal Islam Kristen dengan sesama pelawak kelompoknya.
      b. Sering membaca buku2 Islam.
      c. Sering berdialog dengan H. Rhoma Irama, si raja dangdut. Yang tahu banyak ajaran Katolik sehingga tahu persis letak kesalahannya.
      d. Ajaran Islam mengenai keesaan Tuhan sangat jelas bagi Cahyono.

      3. Roger Maramis, cucu dari menteri keuangan RI yang pertama yaitu Mr. A.A Maramis juga masuk islam dengan alasan lebih kurang sama.

      Dear all Kristiani, contoh mantan kristen tersebbut di atas menjadi cermin bagi kita dalam memperbaiki metode dan isi katekese pengajaran Agama Kristen agar lebih mudah dipahami umat paling awam sekalipun agar “buruk muka jangan cermin tetangga dibelah”
      Terima kasih. GBU.

      Good Night. Wass.Wr.Wb. Puji Tuhan Semesta Alam. GBU for all, saya pamit offline dulu. Tuhan Yesus telah memberikan jaminan : Aku akan menyertai kalian sampai sampai akhir zaman. Kerajaan maut pun tidak bisa mengalahkan Gereja-Nya. Amin !

      kesemua artikel ini terpotong=potong dari hasil komentar salah seorang teman saya yang bernama Bernard Titus dalam dialog lewat jejaring sosial facebook...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar