Salam

AGIL FATAH

Minggu, 15 April 2012

Indah Cinta

dalam lekuk ombak tergambar sebuah sketsa wajah yang dikenali oleh pemuda itu, pemuda yang sudah lama mencari jati diri dan peraduan ratapan hati yang mengaung buas laksana raja singa dari cekalan dinginnya penantian. Aku akan menunggu saat itu, saat kau sudah tak lagi bisa hadir dalam ingatanku. Aku menanti dan terus berdiri didepan harapan-harapan,, meberanikan diri tuk meyakinkan dirimu bahwa engkau adalah wanita yang peling benar diinginkan oleh hatiku. Aku tak ingin berpaling lagi, aku pernah berpaling dan lari sebagai seorang pengecut dalam kancah peperangan cinta yang lain,, dan kini aku tak mau mengulangi kesalahan yang sama…..

bagaimanapun terlihat begitu sulit, seakan dinding berpasak kokoh menghadang, semua hanyalah tak membuat sama sekali tekadku surut untukmu gadis,, aku pernah menyaksikan ombak dan gelegar sang petir membahana merintangi setiap tekadku, dan bahkan jika hal itu sama besarnya dan berulang kali pun, aku takkan surut lagi,,,aku akan mati untuk beribu kali jika itu harus kulakukan untuk menunggu dan mencintaimu.

sekali langkah ini telah semakin mengantarku dekat kepadamu, dengan bayangmu yang selalu kupeluk tuk menikmati sepoi angin laut, angin ini menambah rasa tuk menemani kehadiranmu gadis dalam hatiku,, aku takkan mundur. Sudah ksaksikan betapa cinta yang terabaikan meniksaku jauh lebih kekar dari auman sang raja hutan, jauh lebih menggelegar dari dentuman sang halilintar, jauh lebih menyakitkan dari berpuluh kali tebasan pedang di tubuhku ini,,

telah kusaksikan cinta telah begitu membuat orang-orang menjadi gila dan melakukan hal yang gila hanya demi cinta, dan telah kusaksikan tiada yang lebih memabukkan dan lebih membuat diri ini merana selain dari cinta.
maka ijinkan aku berdiri di pintu harapan ini tuk mencintaimu, bahkan ketika kau tak bisa menerima cintaku, maka cukuplah bagiku kau tahu, bahwa kaulah hati dan jiwaku…dan itu telah telah lebih dari cukup tuk mengantarku pada keabadian cinta…

aku mencintai engkau untuk yang tak terhingga sayang!!

Jumat, 13 April 2012

Tentang sketsa kerudung merah

malam itu tatkala lelah hati mencari peraduan, saat jiwa kian rapuh
kulihat sesosok jelita gadis berkerudung merah. Tersenyum menawan nan indah
dia bersama beberapa orang temannya yang sedang bercanda ria menikmati senggama sang malam.
sesaat kemudian aku tenggelam bersama kenangan lama. Pikiranku tiba-tiba tanpa sadar mencoba mengais sisa-sisa kenangan tentang seorang gadis yang juga berkerudung merah sewaktu aka kasmaran pertama kali di masa sekolah dulu.
asyik dan kuterhanyut, aku dibawa alur cerita yang ku tak tahu dimana ku mulai.
dalam hatiku berdo’a, moga si gadis yang malam ini kutemui bukanlah gadis yang sama dengan sikerudung merah yang ada dalam kenanganku, dan aku yakin si gadis yang kutemui ini adalah jelmaan bidadari. Begitu anggun, mempesona.
hmmmmmm,,,,Tuhan memang Maha sempurna, telah Dia ciptakan sesosok jelita anggun, tak bisa kuukir kecantikannya dengan kata-kata, bahkan lidahku kelu, pikiran menjadi gelisah, mata tak bisa berhenti memandang. Kecantikannya membekukan waktu, membuat indah rembulan takjub, bahkan bintang pun tersipu malu tak kuasa melihat keindahannya. Hanya do’a dalam hati, “moga masih bisa ku diberi waktu tuk berjumpa lagi dengan jelita bidadari ini.”

Pohon Mahoni

ini tentang roman cinta yang berakhir tragedi
tentang rindu di penghujung malam, tentang lelaki berbalut pilu yang bersenandung dengan tongkat gembalanya dibawah pohon mahoni.
beberapa hari yang lalu adalah tentang seorang pemuda kekar dengan sang pujaan hatinya, dia telah mencintai sang wanita itu, dan begitu pula dengan si wanita, begitulah mereka berdua saling memadu kasih,,, indah dua sejoli ini telah disaksikan langit, direstui bumi. Kemudian datanglah petaka itu, petaka yang menyabung nasib dan tragedi, yang menyabung antara takdir dan roman. Kisah cinta mereka berdua berada di ujung tanduk sang anak raja, pangeran bengis yang tak pernah mengenal ampun, bahkan kebengisannya telah terdengar sampai ke seantero penjuru negeri dan Negeri tetangga.
di siang itu, kala surya memberikan teriknya ke bumi, saat burung-burung tengah khidmat menikmati panggilan alam sambil bertelekan diperaduan masing-msing. Di saat itu pulalah kedua sejoli ini menemui tragedi cinta paling memilukan dalam hidup mereka. Kecantikan kekasih si pemuda ini telah memikat hati sang pangeran dan cintanya direnggut,,,

saat airmata sebagai pelampisan rasa, saat raga tak berdaya dihadapan sang pangeran, pemuda yang kesehariannya hanya sebagai anak gembala ini terpaksa harus melihat cintanya pupus, harus rela melihat belahan jiwanya hilang, belahan jiwanya tak mungkin lagi dia dapatkan diatas wajah tiran sang pangeran.
“wanitaku telah pergi, apa daya hidupku ini, tak ada lagi gairah dalam hidupku. Kini aku harus menjadi diriku sendiri tanpa separuh hati”,, Demikin gumam sang pemuda!. sambil berlalu dari wajah geram para hulubalang yang sesekali menghardiknya dengan penuh ejekan,
selepas dari itu semua, serasa hidupnya terpenjara, malam tak lagi menjanjikan keindahan. Bulan tak lagi terasa dengan sejuta senyum. Kini pemuda itu merenung dalam kesendiriannya. Dia menangis kecil sembari memegang tongkat gembalanya, sesekali dia meratapi nasib diri yang begitu kejam menimpanya dengan penuh iba. Namun tak ada belas kasih dari langit, seolah-olah langit telah menutup rapat telinga dan matanya pada pemuda malang ini.

ini tentang seorang pemuda yang takdir cintanya telah ditetapkan sang waktu, sang waktu yang dingin perlahan membekukan hatinya. Ini tentang seorang pemuda yang harus berdiam diri dan menunggu keajaiban baginya..
kini pemuda itu telah mati. Dia mati dalam kesendiriannya, dia mati dengan membawa sejuta luka dera. Dia mati dengan makam tak bernisan… dia telah hilang ditelan waktu, dia hilang bersama luka hatinya..!!

demikian cerita seorang pak tua yang nampaknya teman sebaya sang pemuda malang kepada seorang anak muda yang sedang beristirahat disamping makam dibawah pohon mahoni itu.
“kamu darimana nak?” kemudian tanya sang pak tua ini kepada anak muda tadi.
“Aku putra mahkota kerajaan ini, aku diperintahkan ibuku untuk mencari seorang lelaki yang telah pergi menghilang membawa belahan hatinya 24 tahun silam..” jawab anak muda tadi, yang nampaknya juga seorang pangeran,, kemudian dia melanjutkan perkataanya lagi “kini aku telah menemukannya, aku telah menemukan belahan hati itu, telah kutemukan lelaki itu,  kutemukan dalam sebuah makam tua tak bernama…..”

airmata pangeran muda itu perlahan mengalir
mengikuti alunan angin senja.

Senin, 09 April 2012


Dekil Rindu

Dekil rindu menghasut kalbu, geliat kekar sang musafir
terus melangkah tapaki jalan rindu yang gelisah.
di oase cinta kita beradu. Menyulam iba sang hati
di oase cinta kita berpadu. Lepaskan dahaga bathin
kan kusanjung bayangmu sayang.
hingga anginpun iri, hingga waktu kan terluka
baiklah cinta..!! janganlah congkak yang kau inginkan dariku

cawan sang raja kini hampa, nian dahaga menyiksa hulubalang
seribu mata terbelalak saat jiwa telah tertatih
megah singgasan tak lagi indah kala peluh lumuri hati
seribu mata dibuai henyak saat roda waktu tak lagi berputar
kemana lagi kan kau melangkah
saat semua jalan mulai menjauh?
kemana lagi harapmu beradu
sedang biduan tak lagi bersua?

rembulan mengajakku bercanda sembari tersenyum iba
“bersinarlah bersamaku wahai jejaka” pintanya,,!!
 lembut suaranya menawan khayalku
ditengah keheningan dedaunan, akupun berbisik lirih
“cahayaku telah telah redup, suluhku tak lagi bersinar teman”
dengan sedih rembulanku mengendap perlahan ke peraduannya

akulah waktu yang terbuang, rindukan kasih tak kunjung sampai
mencoba merajut asa yang didera rindu tak bertuan
akulah yang dililit sepi, berteman nestapa durga
mendekap cinta yang tengah usang, meski sirna pelipur lara

langit terasa menghimpit, menghunjam, menghentikan detak jantungku
gemulai langkah warnai hari, remuk jiwa yang kosong
kadang aku mendengarkan kicauan burung sebagai obat rindu
namun racun kekasih masih berlari mengaliri darahku
serasa hari ini sedang mengejekku, mendera tak henti dengan asa sinis
oh sayang,,, seandainya mahkota ini tak lagi sepi

tiada apapun yang telah kau ambil dariku selain singgasana hati ini
telah kau hempaskan jiwaku tanpa dian disudut lamun ini
kasihanilah aku oh kasih,,,!!
kedamaian tak lagi berpasak kokoh dalam batinku
kebahagian yang selalu ceria berkunjung dalam senyumanmu tak lagi ada

akulah waktu yang membosankan, anak dari misteri yang indah
yang terbuang dalam maha skenario, skenario indah dari sang cinta
apakah pada bulan kuadukan keluh kesahku? Ataukah pada ranting?
kawan tolonglah aku, cinta ini menyiksaku
cinta yang hempaskan daku dalam lembah kerinduan tak berujung.
kawan tolonglah aku, tak kuat lagi tangan ini merangkul cinta.
cinta bersemat lencana amanah

Perawan dingin

langit  yang terus berkabung, tetesan airmatanya membasahi bumi
disitu ada yang tersiksa, perawan yang ekstase di tengah badai rindu
perawan yang menangis dalam pelukan dingin sang hati,
besok dan kemarin tak beda baginya, hanya waktu yang sama

dua tahun yang lalu adalah cahaya senyum yang indah
masih kuingat guratan senyum itu, indah melengkung sesyahdu pelangi
dia menoleh dan akupun terdiam, hanya ada roman hidup antara aku dan dia
sungguh waktu berlalu begitu cepat, tak tahu kini dia dimana
padahal dia adalah bayangan hidup yang tak pernah mati
akupun heran dan terdiam….

dalam hati ini, perawan itu tetap ada, dia terus mengajakku bercanda
terkadang aku diam, dan bercanda dalam senyuman, meski aku tahu
dia tak mungkin kembali….
masih kuingat perawan itu, dengan seragam indah, uh! naluri jantanku menggila
desah nafas kehidupan terus berjalan, jalan menikung, meliuk dan terjal
mentari pagi itu membuat lusuh ingatanku, merona dalam hati
kini ku tak tahu lagi, ku tak bisa mengingatmu dengan baik
inilah kata-kataku, inilah goresan hatiku…..


kini kau masih tetap bersamaku, meski dalam dimensi yang lain
dimensi dimana hanya ada kenangan, malam dan kelam.
meski embun pagi hendak menyapa, kamu masih ceria dimataku
oh tidak….!!
“kembalikan aku, jangan tinggalkan terik ini menyesatkanku”
mentari tolonglah menjauh, tolong buang sengatmu, aku masih ingin dingin
dingin, beku, sejuta lelap membius hati, gemulai dengan wajahmu.

anggunlah hidupmu, menyita hati, menawan khayalku
terbang dan lepas, kaulah anginku, sayap ini masih kuat
meski beku terasa, dan burung camar menari, si pipit bersiul
mekar musim semi, mekar musim rindu, mekar musim kelam
terasa waktu berhenti menembus cakrawala dikala dikau pergi
hilang perlahan……!!

sekian lama bunga berseri, kumbangpun berburu meramu cinta
telah mati semua tanah gersang rindukan air, itulah aku
siksa kutahan, tak kuat kutanggung, waktu mengejekku
lihat bungaku dibalik kaca secerah bulan, persis lingkaran malaikat
malaikat kecilku yang sepi, hari ini kan kubuat dunia berhenti berputar
kubuat mereka menangis mengais cinta, mengiba rindu
kalian pejuang, entah sampai kapan kalian berjuang, aku hanya diam
berjuanglah….dingin ini menawanku, camarku telah lelap
berjuanglah… pangkuanku kini camarku lelap

sempurnalah dia
sempurnalah dia
sempurnalah dia
kemudian aku membisu…!!