title : senyum terakhir
karya : Agil Fatah
nun ditengah samudera luas
di siang itu
tampak samar, timbul tenggelam
sesosok tubuh ringkih kurus kering
menunggang sampannya yang tak bercabik
jiwa tinggal separuh
seorang diri dikejar maut
dalam riak ombak bergulung-gulung
menerjang ganas
terjalnya dinding-dinding hati
menggelegar dahsyat
bak derap langkah
kaki-kaki angkuh ribuan prajurit
yang berniat menantang maut
sementara itu
sekelompok camar laut yang cantik
menari-nari dengan riang gembira
tepat diatas kepalanya
yang mulia gundul tak bertudung
sambil sesekali dengan lancangnya
mencubit genit pucuk-pucuk gelombang yang putih bening
“ah, dasar gatal!”
didalam hati, cibir ia sinis
ludah dikulum
bercampur sedikit keringat
pahit, asin, asam-asam sepat terasa
kemudian, kuat-kuat disemburkan
antara jengkel dan cemburu
“entah “
tiada seorangpun yang tahu
suasana hatinya saat itu.
“celaka!” serunya lantang
sadar ia kini
perjalanan masih jauh
meremeh temeh dengan segala tetek bengek
adalah sia-sia belaka
dengan segenap tenaga tersisa
terkembanglah layar yang tinggal separuh
gagah perkasa, mengejek badai
maju melaju membelh ombak ang meneror
diatas lautan penuh horror
tiba-tiba………….
terperangah ia takjub
antara mimpi dan kenyataan
“oh!!” pulau impian
penuh sejuta pesona abadi
idaman insanul kamil
lalu dengan canggung
kaki kurus lemah ditapakkan
ketas hamparan pasir zhafaroon nan lembut
sembari bersujud penuh sukur
dari mulutnya terucap seuntai kata
seuntai kata yang kata kadang terlupakan
“Alhamdulillah rabbul ‘alamin,,”
dan………….
terukirlah sebuah senyum
diwajahnya yang cemerlang
senyum kemenangan gilang-gemilang
itulah senyum terakhirnya
kekal, abadi sampai selama-lamanya…….
karya : Agil Fatah
nun ditengah samudera luas
di siang itu
tampak samar, timbul tenggelam
sesosok tubuh ringkih kurus kering
menunggang sampannya yang tak bercabik
jiwa tinggal separuh
seorang diri dikejar maut
dalam riak ombak bergulung-gulung
menerjang ganas
terjalnya dinding-dinding hati
menggelegar dahsyat
bak derap langkah
kaki-kaki angkuh ribuan prajurit
yang berniat menantang maut
sementara itu
sekelompok camar laut yang cantik
menari-nari dengan riang gembira
tepat diatas kepalanya
yang mulia gundul tak bertudung
sambil sesekali dengan lancangnya
mencubit genit pucuk-pucuk gelombang yang putih bening
“ah, dasar gatal!”
didalam hati, cibir ia sinis
ludah dikulum
bercampur sedikit keringat
pahit, asin, asam-asam sepat terasa
kemudian, kuat-kuat disemburkan
antara jengkel dan cemburu
“entah “
tiada seorangpun yang tahu
suasana hatinya saat itu.
“celaka!” serunya lantang
sadar ia kini
perjalanan masih jauh
meremeh temeh dengan segala tetek bengek
adalah sia-sia belaka
dengan segenap tenaga tersisa
terkembanglah layar yang tinggal separuh
gagah perkasa, mengejek badai
maju melaju membelh ombak ang meneror
diatas lautan penuh horror
tiba-tiba………….
terperangah ia takjub
antara mimpi dan kenyataan
“oh!!” pulau impian
penuh sejuta pesona abadi
idaman insanul kamil
lalu dengan canggung
kaki kurus lemah ditapakkan
ketas hamparan pasir zhafaroon nan lembut
sembari bersujud penuh sukur
dari mulutnya terucap seuntai kata
seuntai kata yang kata kadang terlupakan
“Alhamdulillah rabbul ‘alamin,,”
dan………….
terukirlah sebuah senyum
diwajahnya yang cemerlang
senyum kemenangan gilang-gemilang
itulah senyum terakhirnya
kekal, abadi sampai selama-lamanya…….